Saturday, 20 October 2018

HETEROGENITAS DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Kehidupan Masyarakat Indonesia
Dalam masyarakat modern, keanekaragam masyarakat atau heterogenas merupakan suatu kenisacayaan. Hal ini terbentuk karena adanya perbedden tungsi dan ciri dalam kehidupan bermasyarakat. Maksud perbedaan Tungsi yang dimiliki individu dan kelompok dalam masyarakat yaitu berkaitan dengan kontribusi mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa kontribusi mereka, sistem tidak akan berjalan dengan baik. Apabila kita ibaratkan masyarakat sebagai sebuah sistem maka peran atau fungsi individu atau kelompok menjadi elemen atau unsur-unsurnya. Ibarat sebuah mobil adalah suatu sistem, tanpa adanya roda, bahan bakar, kemudi, rem, dan lain sebagainya, semuanya harus berfungsi dengan baik apabila kita menginginkan mobil tersebut dapat melaju dengan baik.

Dalam kehidupan masyarakat, terdapat dua macam heterogenitas, yaitu sebagai berikut.
  1. Heterogenitas berdasarkan profesi atau pekerjaan. Indonesia memiliki penduduk yang banyak dan tempat tinggal mereka terpisah-pisah. Hal ini menyebabkan munculnya berbagai jenis pekerjaan atau profesi yang disandangnya dalam masyarakat. Selain itu, perkembangan masyarakat yang semakin modern juga menjadi faktor beragamnya profesi. Profesi atau pekerjaan yang terdapat dalam masyarakat, antara lain buruh, pendidik, pedagang, petani, nelayan, pegawai negeri, pegawai swasta, teknisi, dan lain sebagainya. Suatu profesi atau pekerjaan agar dapat dikatakan berhasil jika dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, setiap profesi dituntut memiliki keahlian atau profesionalisme. Dengan demikian, untuk mememuhi tuntutan tersebut, tiap orang harus memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang profesi yang disandangnya. Dalam kehidupan masyarakat, heterogenitas profesi ini memiliki fungsi masing-masing. Meskipun demikian, apapun profesinya, seseorang akan dihargai
  2. Heterogenitas berdasarkan jenis kelamin. Secara konstitusional, di Indonesia tidak ada diskriminasi sosial atas dasar jenis kelamin. Meskipun demikian, pandangan diskriminasi "gender" masih melekat dalam masyarakat Indonesia. Penyebabnya, adanya faktor agama dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Jika kita melihat kemajuan Indonesia sekarang ini, sebenarnya sudah tidak selayaknya perbedaan jenis kelamin di masukkan dalam diskriminasi gender. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa di dalam pembangunan Indonesia, peran dan kontribusi perempuan tidak bisa kita abaikan. Untuk itu, diperlukan hubungan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan, yaitu saling menghargai, saling membutuhkan, dan saling melengkapi.
Kedua macam heterogenitas di atas, dapat kita masukkan ke dalam hubungan horizontal atau diferensiasi karena keduanya memiliki fungsi (peran) di dalam masyarakat.

Gejala-gejala sosial akibat pengaruh heterogenitas pekerjaan
Peradaban semakin berkembang, baik di kota maupun di desa. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta ditunjang oleh kemajuan transportasi dan komunikasi. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka semakin beragam jenis pekerjaan yang ada di masyarakat. Suatu pekerjaan yang dulunya tidak ada menjadi ada dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Setiap pekerjaan tentu memerlukan keahlian atau profesionalitas. Untuk itu, lembaga pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan tersebut harus disiapkan. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan dan sarana penunjangnya harus sejalan. Apabila hal itu tidak sejalan, kadang kala muncul suatu kondisi yang kurang kondusif sehingga muncul berbagai hal yang tidak dikehendaki, seperti adanya pengangguran, urbanisasi, kriminalitas, korupsi, dan ketimpangan sosial.

Gejala-gejala sosial akibat heterogenitas jenis kelamin
Pada masyarakat modern, gejala-gejala sosial akibat heterogenitas jenis kelamin lebih ditekankan pada semakin luasnya fungsi dan peran perempuan dan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini tercermin dari banyaknya pekerjaan laki-laki yang dikerjakan oleh perempuan, begitu sebaliknya pekerjaan perempuan juga dikerjakan oleh laki-laki sehingga batas pekerjaan antara laki-laki dan perempuan kian menipis. Hal demikian ditunjang dengan berkembangnya paham demokrasi yang memberi ruang bekerja bagi seluruh jenis kelamin yang menuntut profesionalitas.

Sejak abad ke-20, mulailah muncul laki-laki bekerja sebagai designer, juru masak, dan lain sebagainya yang sebelumnya merupakan profesi perempuan. Begitu pula sebaliknya, banyak perempuan bekerja sebagai pilot, dokter, peniliti, bahkan menjadi kepala eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang dulu merupakan pekerjaan laki-laki sudah menjadi profesi perempuan.