Hubungan sosial antarindividu
Interaksi antarindividu berarti interaksi yang dilakukan oleh dua orang dan terjadi komunikasi dua arah. Interaksi sosial antarindividu dapat bersifat positif maupun negatif. Interaksi positif artinya saling menguntungkan, sedangkan interaksi negatif artinya merugikan salah satu pihak atau keduanya. Contoh interaksi positif adalah kegiatan seorang guru membantu muridnya belajar. Contoh interaksi negatif adalah perkelahian antarpelajar.
Hubungan sosial antara individu dengan kelompok
Contoh interaksi sosial antara individu dan kelompok adalah antara seorang guru dan murid-muridnya. Dalam sistem belajar mengajar, selain memberikan materi, guru juga memberikan pertanyaan atau membuka tanya jawab kepada murid-muridnya. Proses tersebut merupakan bentuk terjadinya interaksi antara guru dan murid.
Hubungan sosial antarkelompok
Sebagaimana individu berinteraksi dengan individu lain, suatu kelompok pun berinteraksi atau berhubungan dengan kelompok lain. Hubungan ini akan menghasilkan kerja sama, persaingan, maupun konflik. Menurut Kinloch, hubungan antarkelompok memiliki beberapa kriteria sebagai berikut.
- Kriteria fisiologis. Kriteria ini didasarkan pada persamaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), usia (tua-muda), dan ras.
- Kriteria kebudayaan. Kriteria ini mencakup kelompok yang diikat oleh persamaan kebudayaan, seperti kelompok etnik (Batak, Minangkabau, Sunda, Ambon). Meskipun Kinloch tidak menyebutkan faktor agama, dalam banyak kasus, pengelompokkan berdasarkan agama pun dapat dimasukkan dalam kategori ini.
- Kriteria ekonomi. Kriteria ini dibedakan antara mereka yang memiliki kekuasaan ekonomi dan yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi.
- Kriteria perilaku. Kriteria ini didasarkan pada cacat fisik, cacat mental, dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat,
1. Dimensi Sejarah
Hubungan antarkelompok dilihat dari dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antarkelompok. Hal ini terkait dengan timbulnya stratifikasi etnik, stratifikasi jenis kelamin, dan stratifikasi usia.
2. Dimensi Sikap
Dalam hubungan antarkelompok, sering muncul suatu prasangka dan stereotip. Prasangka (prejudice) dalam kaitannya dengan hubungan antarkelompok merupakan sikap bermusuhan yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini dinamakan prasangka karena tidak didasari oleh pengetahuan, pengalaman, ataupun bukti yang memadai. Contohnya, terdapat pandangan yang menganggap bahwa orang Batak memiliki watak dan sikap yang kasar dan agresif. Ada pula pandangan yang menganggap bahwa orang Padang memiliki sifat yang penuh perhitungan, selain itu orang Jawa memiliki sikap kurang tegas dan lamban. Hal ini tentu hanya prasangka yang cenderung subjektif.
3. Dimensi Institusi
Dimensi institusi dalam hubungan antarkelompok dapat berupa institusi politik dan ekonomi. Institusi dalam masyarakat dapat memperkuat pengendalian sosial, sikap, dan hubungan antarkelompok. Institusi dapat pula berfungsi untuk menghilangkan pola hubungan antarkelompok yang ada. Maksudnya, hubungan antarkelompok menjadi bersifat birokratis saja dan tidak ada hubungan yang bersifat lebih personal selain antarinstitusi belaka. Contohnya, seorang petugas administrasi tidak perlu mengenal dengan baik orang-orang dari instansi mana yang dihadapinya. Hubungan yang terjadi antarmereka tidak lebihdari hubungan administratif saja. la melayani keperluan administrasi konsumen dan konsumen membutuhkan pelayanan administrasi darinya.
4. Dimensi gerakan sosial
Hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan sosial, baik yang diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin mempertahankan keadaan yang sudah ada. Misalnya, gerakan perempuan untuk menentang kekerasan dalam rumah tangga, dan gerakan perempuan konservatif yang mempertahankan peran perempuan sesuai dengan tradisi.
Hubungan antara Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial
Kita telah mempelajari bahwa dalam interaksi sosial terjadi kontak dan komunikasi antarindividu, antara individu dan kelompok, antara individu dan masyarakat, antarkelompok, atau antara kelompok dan masyarakat. Kontak dan komunikasi ini dapat menghasilkan keteraturan sosial namun tidak jarang juga menghasilkan konflik sosial. Keteraturan sosial dicapai jika dalam interaksi sosial setiap individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan peran yang dimilikinya serta sesuai dengan nilai dan norma masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat yang teratur hanya dapat terwujud jika setiap individu melaksanakan kewajibannya terhadap orang lain dan menerima haknya dari orang lain. Sebaliknya, konflik sosial akan terjadi jika individu tidak melaksanakan kewajibannya terhadap orang lain. Singkatnya, ia tidak berperilaku sesuai nilai dan norma masyarakat.
Keteraturan sosial tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan hari oleh setiap warga. Keteraturan sosial merupakan hubungan yang sela antara interaksi sosial, nilai sosial, dan norma sosial. Artinya, hak da direalisasikan dengan nilai dan norma atau tata aturan yang berlaku i keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat mendorong beberapa Indonesia menciptakan slogan atau motto yang mengedepankan yang tertib. Sebagai contoh, kota Jakarta memiliki motto Jakarta Teguh Yogyakarta memiliki motto Yogyakarta Berhati Nyaman.
Keteraturan sosial tidak berarti suatu keadaan statis karena ma pada dasarnya bersifat dinamis. Masyarakat membutuhkan per agar bisa maju. Untuk itu diperlukan nilai, norma, atau aturan yan mengendalikan perubahan tersebut. Dengan demikian, perubahan terjadi akan mengarah pada keteraturan baru atau kemajuan.
Menurut proses terbentuknya, keteraturan sosial terjadi melalui tah tahap berikut.
- Tertib sosial (social order) yaitu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur yang ditandai dengan setiap individu bertindak secu hak dan kewajibannya. Contohnya, kehidupan suatu masyarakat desa di mana semua warganya bertindak sesuai dengan status dan perannya.
- Order yaitu sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat, misalnya adat-istiadat yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan warga, peraturan-peraturan sekolah, dan peraturan yang ada dalam lingkungan RT atau RW. Order dapat dicapai apabila ada tertib sosial ketika setiap individu melaksanakan hak dan kewajibannya.
- Keajekan yaitu suatu kondisi keteraturan yang tetap dan tidak berubah sebagai hasil dari hubungan antara tindakan, nilai, dan norma sosial yang berlangsung terus menerus. Keajekan dapat terwujud jika setiap individu telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai sistem norma dan nilai sosial yang berkembang. Hal itu dilaksanakan dengan konsisten sehingga terpelihara dalam tindakan.
- Pola yaitu corak hubungan yang tetap atau ajek dalam interaksi sosial dan dijadikan model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok. Pola dapat dicapai ketika keajekan tetap terpelihara atau teruji dalam berbagai silla Contohnya, dalam menyelesaikan beberapa persoalan, masyarakat menggunakan cara musyawarah. Cara ini ternyata dapat menyelesain persoalan-persoalan. Karena sudah teruji, masyarakat desa tersebut memakai musyawarah sebagai cara menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi di