Saturday, 20 October 2018

MULTIDIMENSI IDENTITAS DALAM DIRI SUBJEK INDIVIDUAL MAUPUN KELOMPOK

MULTIDIMENSI IDENTITAS DALAM DIRI SUBJEK INDIVIDUAL MAUPUN KELOMPOK
Membahas identitas seseorang dalam kelompok atau masyarakat tentu tidak akan dilihat dari satu sudut pandang saja, tetapi juga akan dilihat dari berbagai sudut pandang, cara, dan ukuran yang beragam. Barbagai sudut pandang, cara, dan ukuran dari identitas seseorang tersebut disebut dengan multidemensi. Identitas seseorang di dalam kelompok atau masyarakat merupakan keadaan, sifat atau ciri-ciri khusus seseorang yang dapat menandai eksistensi atau keberadaan seseorang di masyarakat.

Apabila kita amati, identitas seseorang di masyarakat serta merta kita akan berpikir bahwa orang tersebut akan berperan seperti status atau identitas yang melekat pada dirinya. Misalnya, kita menganggap bahwa seorang hakim itu pasti adil dan bijaksana dalam membuat keputusan dalam sidang pengadilan, seorang prajurit pasti dengan gagah dan berani berperang di medan pertempuran, dan seorang disebut tokoh masyarakat karena dapat memberikan teladan bagi anggota masyarakatnya. Dari berbagai contoh tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa identitas seseorang harus didukung dengan perilaku yang menjadi ciri dari identitasnya.

Multidemensi identitas dalam subjek individu maupun kelompok muncul karena adanya pandangan yang beragam dari anggota-anggota masyarakat terhadap seseorang yang menyandang indentitas tertentu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut.
  1. Cara pandang yang berbeda terhadap status dan peranan seseorang dalam kelompok. Hal ini disebabkan perbedaan persepsi antara anggota masyarakat. Misalnya, pada masyarakat tradisional yang cenderung paternalistis menganggap bahwa seorang tokoh masyarakat harus mampu menyelesaikan berbagai masalah sosial. Sementara itu, pada masyarakat modern, seorang tokoh masyarakat tidak dapat kita harapkan mampu menangani berbagai masalah karena pada masyarakat modern sudah ada spesialisainya. Dengan demikian, biarpun kedudukan atau identitasnya sebagai tokoh masyarakat, kita harus tetap lihat spesialisasinya sebagai apa.
  2. Ukuran yang selalu berubah tidak sebanding dengan kemampuan seseorang penyandang identitas. Ukuran yang dimaksud adalah tuntutan masyarakat terhadap kemampuan seseorang yang menyandang status atau identitas. Ukuran yang berubah ini sangat wajar sesuai dengan kebutuhan manusia yang selalu bertambah. Hal ini dikarenakan tingkat kepuasaan seseorang selalu berubah pula. Sebagai contoh, untuk menangani pasien penyakit jantung, dokter umum tidaklah cukup, diperlukan dokter spesialis untuk menanganinya, seperti dokter spesialis radiologi, dan dokter spesialis anastesi.
  3. Budaya masyarakat yang beragam seseorang. Budaya ini tercermin dalam masyarakat matrilineal, patrilineal, dan unilateral. Sebagai contoh, pada masyarakat patrilineal, seorang ayah dianggap sebagai kepala keluarga. Pada masyarakat matrilineal, seorang ayah tidak dianggap sebagai kepala keluarga karena kedudukan kepala keluarga dipegang oleh seorang ibu. Sementara itu, pada masyarakat unilateral, ayah dan ibu memiliki peran yang penting dalam keluarga.
Dari berbagai faktor penyebab di atas, dapat kita simpulkan bahwa multidimensi identitas terjadi karena berbagai hal. Perbedaan-perbedaan pandangan terhadap identitas individu dan kelompok tersebut dapat meniadi sumber konflik yang jelas sangat tidak produktif dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, kita perlu menyikapi perbedaan pandangan itu secara bijaksana. Dengan mengetahui faktor penyebab perbedaan pandangan terhadap identitas seseorang, kita bisa mencari berbagai alternatif solusi apabila terjadi suatu kondisi yang tidak kita harapkan.

Membahas identitas individu maupun kelompok di masyarakat pasti kita akan membahas pula tentang status dan peranan yang disandangnya. Ini berarti bahwa setiap individu memiliki berapa status (kedudukan) yang disandang. Misalnya, sebagai seorang siswa SMA, ia juga sebagai anak dari kedua orang tuanya, dan sebagai warga masyarakatnya.

Status atau kedudukan seseorang di masyarakat pasti ada kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakannya. Status atau kedudukan merupakan posisi secara umum di masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Di masyarakat sederhana dan masyarakat modern setiap orang memiliki status masing-masing. Misalnya, kedudukan seseorang sebagai seorang orang tua, tokoh masyarakat, dan sebagainya. Dalam tiap status . memliki peran yang disandangnya. Peran yaitu perilaku yang diharapkan oleh pihak lain terhadap seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan status yang disandangnya. Kedudukan dan peran selalu berdampingan dan memiliki peran penting untuk membentuk masyarakat yang harmonis. Apabila setiap orang dalam masyarakat melaksanakan kewajiban dan haknya serta melakukan peranannnya sesuai dengan status yang disandangnya niscaya kehidupan bermasyarakat akan berjalan dengan baik.