![]() |
Anak muda Indonesia yang menjadi K-Popers |
Struktur Sosial
Dalam mendefinisikan struktur sosial, para ahli sosiologi memiliki pendapat yang berbeda-beda. Berikut beberapa pandangan beberapa ahli tentang struktur sosial.
- George C. Homan mengaitkan struktur sosial dengan perilaku sosial elementer dalam kehidupan sehari-hari.
- Talcott Parsons berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia.
- James Samuel Coleman, melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia.
- William Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat
- Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial.
- Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di dalam tatanan sosial tersebut terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan (dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial tertentu).
Dalam sebuah struktur sosial, umumnya terdapat perilaku-perilaku sosial yang cenderung tetap dan teratur. Perilaku tersebut dapat menjadi pembatas perilaku individu dan kelompok. Dalam sebuah struktur sosial, individu atau kelompok akan cenderung menyesuaikan perilakunya dengan kelompok atau masyarakatnya. Menurut Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, dan adat. Secara vertikal, struktur sosial ditandai denga! adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan lapisan sosial. Dalam banyan literatur, struktur sosial secara horizontal disebut diferensiasi sosial, sedangkan struktur sosial secara vertikal disebut stratifikasi sosial.
Diferensiasi Sosial
Pengertian diferensiasi menurut kamus sosiologi adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejenis. Kata sejenis dalam hal ini berarti klasifikasi masyarakat secara mendatar, sejajar, atau horizontal. Pengelompokan secara horizontal ini didasarkan pada perbedaan ras, suku bangsa, klan, dan agama.
- Diferensiasi berdasarkan ras menunjuk pada banyaknya ras yang ada di dunia ini. Menurut Ralph Linton, manusia dibagi menjadi tiga kelompok ras, yaitu ras Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Ras yang banyak mendiami daratan Asia adalah ras Mongoloid dengan ciri, kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit.
- Diferensiasi suku bangsa. Jumlah suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia tentu sangat banyak sekali. Indonesia sendiri, menurut C. van Vollen Houven memiliki 316 suku bangsa, sedangkan menurut Prof. Dr. Koentjoroningrat memiliki 119 suku bangsa.
- Diferensiasi klan. Klan merupakan kesatuan keturunan, kepercayaan, dan tradisi atau adat. Di Indonesia terdapat dua klan utama, yaitu klan atas dasar ibu atau matrilineal dan atas dasar garis keturunan ayah atau patrilineal.
- Diferensiasi agama. Di Indonesia memiliki enam agama yang di anut masyarakatnya. Agama tersebut, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Dalam masyarakat yang masih homogen dan tradisional, pembedaan kedudukan dan peran masih sedikit sehingga stratifikasi sosialnya pun sedikit. Namun, pada masyarakat perkotaan, stratifikasi lebih banyak karena didasarkan pada kriteria pendidikan. Atas dasar ini, timbullah berbagai macam keahlian atau profesi (pembagian kerja).
Dasar stratifikasi dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai lebih, misalnya kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan. Ukuran yang dipakai untuk menggolongkan seseorang pada lapisan tertentu adalah ukuran kumulatif dan bukan ukuran tunggal. Contohnya, orang kaya biasanya mudah memiliki kekuasaan, pendidikan, bahkan kehormatan.
Seperti yang sudah disampaikan di atas, bahwa perwujudan stratifikasi sosial adalah adanya kelas-kelas sosial. Kelas-kelas sosial ini dapat kita lihat dari segi ekonomi, sosial, dan politik.
- Segi ekonomi. Berdasarkan ekonomi, Aristoteles membagi masyarakat menjadi tiga, yaitu kelas dari golongan sangat kaya, golongan kaya, dan golongan miskin.
- Segi sosial. Dalam hal ini, masyarakat dikelompokkan atas dasar status. Pelapisan masyarakat secara sosial dapat kita lihat dari pembagian kasta pada masyarakat Bali. Masyarakat Bali dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya, dan Sudra.
- Segi politik. Stratifikasi sosial secara politik didasarkan pada kekuasaan. Masyarakat yang memiliki kekuasaan biasanya akan ditempatkan pada kelas atas. Adapaun masyarakat yang tidak memiliki wewenang atau kekuasaan akan ditempatkan pada kelas bawah.
- Bahasa dan gaya bahasa. Masyarakat kelas menengah ke atas biasanya menyelipkan bahasa asing ketika berbicara, kata-kata tidak kasar, dan tutur bahasanya sopan.
- Makanan. Biasanya kelompok masyarakat atas makan di restoran terkenal dengan menu dari luar negri, sedangkan masyarakat bawah biasanya mengonsumsi makanan dalam negeri atau olahan sendiri.
- Gelar, pangkat, atau jabatan. Kelompok atas umumnya memiliki sejumlah gelar atau pangkat. Adapun, masyarakat kelas bawah tidak mengenal penggunaan gelar.
- Hobi dan kegemaran. Pada umumnya, ketika musik liburan, masyarakat kelas atas akan berlibur ke luar negri. Kelas menengah akan berlibur di tempat wisata dalam negeri. Sementara itu, masyarakat kelas bawah berlibur di sekitar pemukiman mereka.
- Pakaian. Kelas atas akan meniru gaya berpakaian dari luar negri, sedangkan kelas bawah umumnya membeli pakaian dari pasar tradisional.
- Perabot dan rumah. Kelas atas umumnya tinggal di kawasan tertentu dengan keamanan yang memadai, perabot yang digunakan pun mewah. Sementara itu, kelas bawah tinggal di rumah yang kecil dan sederhana.