Friday, 9 November 2018

PROSES SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Dalam sosialisasi, seorang anak belajar mengambil peran
orang-orang disekitarnya. Ia meniru peran yang dijalankan
orang tuanya.
Kepribadian merupakan kumpulan kebiasaan, sifat, sikap, dan ide-ide dari seorang individu yang berpola dan berkaitan secara eksternal dengan peran dan status, dan secara internal dengan motivasi dan tujuan pribadi serta dan berbagai aspek kedirian lainnya. Kepribadian adalah produk dari interaksi sosial dalam kehidupan kelompok. Kepribadian diperoleh oleh individu sebagai akibat dari partisipasi dalam kehidupan kelompok. Sebagai anggota kelompok, dia belajar sistem perilaku tertentu dan keterampilan simbolik yang menentukan ide-ide, sikap, dan nilai-nilai sosialnya.

Menurut John Milton Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Ungkapan sistem kecenderungan tertentu tersebut menyatakan bahwa setiap orang mempunyai cara berperilaku yang khas, seperti sikap, bakat, adat, kecakapan, kebiasaan, dan tindakan yang sama setiap hari. Ungkapan interaksi dengan serangkaian situasi menyatakan bahwa perilaku merupakan produk gabungan dari kecenderungan perilaku seseorang dan situasi perilaku yang dihadapi seseorang. Contohnya, Andi berbohong pada orang tuanya untuk menutupi nilai ulangannya yang jelek. Karena orang tuanya percaya, lain waktu ia berbohong lagi. Tindakan itu ia ulangi terus-menerus pada situasi yang hampir sama sehingga membentuk pola perilaku dan pada akhirnya menjadi suatu kepribadian.

Macionis mendefinisikan kepribadian sebagai pola konstan berpikir, merasakan dan bertindak. Sementara itu Ogburn dan Nimkoff mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sentimen, sikap, ide, kebiasaan, keterampilan, dan perilaku individu. Dalam sosiologi, istilah kepribadian dikenal dengan sebutan diri (self). Sosialisasi bertujuan membentuk diri seseorang agar dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

Menurut George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and Society, ketika manusia lahir, ia belum mempunyai diri (self). Diri manusia berkembang tahap demi tahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Setiap anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peranperan yang ada dalam masyarakat. Hal ini adalah suatu proses yang disebut Mead sebagai pengambilan peran (role taking). Dalam proses ini, seseorang belajar mengetahui perannya dan peran orang lain.

Menurut Mead, ada tiga tahap perkembangan diri manusia. Ketiga tahap itu sebagai berikut.
1. Play stage. Pada tahap ini, seorang anak belajar beberapa peran yang dilihatnya di lingkungan sekitarnya, la mulai meniru peran yang dijalankan oleh orang tuanya, kakaknya, tetangganya atau orang lain yang berinteraksi dengannya (significant others). Pada tahap ini, anak-anak belum mengerti akan strategi dan tidak menyadari aturan serta objek permainan. Contohnya, ketika seorang anak bermain menjadi seorang polisi atau dokter, ia belum mengetahui mengapa polisi menangkap penjahat atau mengapa dokter menyuntik pasien.

2. Game stage. Pada tahap ini, seorang anak mulai menyadari objek permainan. Mereka juga menyadari bahwa setiap pemain dalam tim adalah bagian dari jaringan aturan yang ditentukan oleh aturan nermainan. Mereka haru terus menerus mengadaptasikan perilaku mereka pada kebutuhan tim untuk mencapati tujuan. Jika pada tahap play stage seorang anak hanya mengetahui perannya, pada tahap ini, anak mulai mengetahui peran pihak lain yang berinteraksi dengannya. Pada tahap ini, kemampuan anak untuk menempatkan diri pada posisi orang lain mulai meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Tahap ini terjadi ketika anak mulai berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang terorganisir, seperti kegiatan sekolah dan olah raga beregu. Contohnya, dalam permainan bola voli, seorang anak menyadari peran wasit, tosser, atau pemain lain dalam tim.

3. Generalized others. Genaralized others terdiri dari harapan-harapan masyarakat atas diri seseorang yang tertuang dalam bentuk norma masyarakat. Contohnya, mencuri, di mana pun dan dengan siapa pun, adalah buruk. Dalam tahap ini, seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami perannya dan peran orang lain. Generalized others membantu seseorang untuk memahami perspektif orang lain dan bagaimana aturan dalam masyarakat bekerja. Dalam generalized others, seseorang belajar peran-peran sosial dalam masyarakat. Pada tahap yang ketiga ini, seseorang telah mampu memahami peranperan orang lain yang lebih luas, tidak sekadar orang-orang terdekatnya. Dalam tahap ini, seseorang telah memahami perannya dan peran orang lain. Contohnya, sebagai seorang siswa, seseorang memahami peran guru, sebagai anak, seseorang memahami peran orang tua.

Dari pandangan-pandangan tersebut, Mead jelas mengatakan bahwa diri seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Dalam interaksi tersebut, seseorang mengalami proses sosialisasi.

Seperti halnya Mead, Charles Horton Cooley menyatakan bahwa konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Diri seseorang adalah produk sosial, yaitu produk dari interaksi sosial. Lebih lanjut, Cooley menyatakan bahwa diri seseorang memantulkan hal yang dirasakan sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Cooley menyebut diri seseorang yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini sebagai looking-glass self.

Cooley menganalogikan pembentukan diri seseorang dengan cermin. Cermin selalu memantulkan apa yang ada di depannya. Demikian pula dengan diri seseorang, ia memantulkan sesuatu yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadap dirinya. Oleh karena itu, Cooley menyebutkan bahwa looking-glass self (pembentukan cermin diri) terbentuk melalui tiga tahap berikut.
1. Seseorang membayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya tampak bagi orang lain.
2. Seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai perilaku atau tindakan itu
3. Seseorang membangun konsepsi diri berdasarkan asumsi penilaian orang lain terhadap dirinya itu.

Contohnya, seorang anak gambarnya dinilai jelek oleh orang lain akan segera mengambil kesmpulan bahwa kemampuan menggambarnya jelek, sedangkan anak yang gambarnya dinilai bagus akan menjadi yakin dengan kemampuan menggambarnya.