Sejak masih bayi, manusia secara kodrati memiliki hasrat ingin tahu. Dorongan rasa keingintahuan dari dalam dirinya. Perkembangan pola pikir yang semakin baik membuat hasrat ingin tahu semakin besar pula. Melalui akal budinya, manusia berusaha untuk mengembangkan pengetahuan hingga hasrat pengetahuan baru yang mampu memberi solusi terhadap berbagai masalah dalam hidup. Cara manusia memperoleh pengetahuan baru antara lain melakukan proses berpikir yang diterapkan pada penelitian.
Proses Berpikir (Penalaran)
Untuk mengembangkan pengetahuan, manusia menggunakan nalar. Dengan penalaran, manusia juga dapat menemukan hal-hal baru, mengembangkan kebudayaan, memberi makna pada kehidupan, dan "memanusiakan" diri dalam hidupnya. Penalaran adalah suatu proses berpikir untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Hal itu disebabkan oleh dua hal berikut.
1. Manusia mempunyai Bahasa yang mampu
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi
tersebut.
2. Manusia memiliki kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoretis hubungan antar fakta yang menjadi variabel yang akan diteliti. Contohnya, pengaruh modernisasi terhadap masyarakat kelas menengah di Jakarta, dan pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar anak.
Dengan kemampuan bernalar yang kemudian dikomunikasikan dalam bahasa, manusia mampu menemukan pengetahuan yang benar. Sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Logis, yaitu sesuai dengan logika. Secara singkat, dapat
dikatakan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir
Iurus atau tepat. Dalam logika, berbagai hal ditimbang secara objektIf berdasarkan
data dan analisis akal sehat.
2. Analitis, yaitu bersifat analisis. Pada hakikatnya, analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dengan berpikir analitis, seseorang didorong untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Setiap hari, kita melakukan penalaran dan
mengomunikasikan pesan (arti) kita dalam berbagai bentuk logis dan simbolis.
Dua jenis penalaran yang sangat penting dalam penelitian adalah deduksi dan
induksi
1.
Deduksi
Orang pertama yang mengembangkan sistem logika deduktif untuk menjelaskan suatu persoalan adalah Aristoteles (384-322 SM). Berpikir deduktif adalah proses penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum ke hal yang Iebih khusus.
Pernyataan 1 : “Manusia Makhluk Sosial”
Pernyataan 2 : “Budi adalah Manusia”
Kesimpulan : “Budi makhluk sosial”
2.
Induksi
Induksi merupakan metode pemikiran yang bertolak dari peristiwa khusus
untuk menentukan hukum umum. Dalam induksi, kesimpulan ditarik dari satu atau
Iebih fakta. Kesimpulan menjelaskan fakta dan fakta mendukung kesimpulan.
Contohnya:
- Esinkap, orang Asmat mempunyai badan tegap, hidung mancung, dan berambut keriting
- Owitipits, orang Asmat mempunyai badan tegap, hidung mancung, dan berambut keriting
- Cayenem, orang Asmat mempunyai badan tegap, hidung mancung, dan berambut keriting
- Jiramakat, orang Asmat mempunyai badan tegap, hidung mancung, dan berambut keriting
3.
Gabungan induksi dan deduksi.
Dalam sebuah penelitian banyak
argumen dibangun dengan menggabungkan proses penalaran induksi dan deduksi
secara berurutan. Contohnya, berdasarkan pengamatan yang dilakukan berkali-kali
terhadap sistem perkawinan di suku Dawan, Timor, seorang antropolog menarik
kesimpulan bahwa semua laki-laki dari suku Dawan wajib membayar mas kawin pada
keluarga calon pengantin perempuan. Kesimpulan yang dihasilkan ke dari
penalaran induksi tersebut dapat dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan
berikutnya dengan menggunakan metode deduksi.