Teknik pengambilan Sampel Acak
pengambilan sampel bisa dilakukan secara acak (probabilitas) dan tidak acak (nonprobabilitas). Sampel yang diambil secara acak adalah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian.
Teknik pengambilan sampel acak antara lain terdiri dari sampel acak sederhana (simple random sampling), sampel berstrata (stratified random sampling), sampel kelompok (cluster sampling), sampel wilayah (area probability sampling), dan sampel proporsi/imbangan (proportional sample).
Sampel acak sederhana (simple random sampling)
Dalam metode ini, peneliti mencatat subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut sebanyak populasi yang ada sebelum diacak untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah sampel untuk tiap populasi biasanya didasarkan pada hal-hal berikut.
- Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana.
- Sempit atau luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
- Besar-kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang berisiko besar, hasilnya akan lebih baik jika sampelnya lebih besar. Kebanyakan peneliti beranggapan bahwa semakin banyak sampel, atau semakin besar persentase sampel dari populasi, maka hasil penelitiannya akan semakin baik. Contohnya, jika subjeknya berjumlah seratus orang, lebih baik diambil semua dan jika lebih besar dapat diambil sekitar 10%-15% atau 20%-25%.
Sampel berstrata (stratified random sampling)
Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkat-tingkat atau strata, pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara acak karena setiap tingkatan harus terwakili. Contohnya, kita akan melakukan penelitian di salah satu SMA. Hal yang akan diteliti adalah tingkat partisipasi siswa dalam diskusi di kelas. Untuk itu, setiap jenjang tingkatan harus terwakili. Artinya, harus terdapat wakil yang akan dijadikan sampel penelitian dari siswa kelas satu sampai kelas tiga. Sampel berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri atau karakteristik antar strata yang ada, dan perbedaan tersebut memengaruhi variabel.
Sampel kelompok (cluster sampling)
Sampling kelompok (cluster sampling) adalah salah satu teknik sampling acak yang dilakukan dengan memilih kelompok dan bukan individu yang terdapat dalam populasi. Dalam menentukan jenis duster atau kelompok, harus dipertimbangkan ciri yang ada. Di masyarakat, dapat kita jumpai kelompok-kelompok yang bukan merupakan kelas atau strata. Contohnya, untuk sekolah, ada sekolah negeri dan swasta. Ada juga kelompok pegawai negeri, TM, pedagang, nelayan, buruh, dan sebagainya. Untuk itu, perlu kecermatan seorang peneliti.
Sampel wilayah (area probability sampling)
Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Sampel wilayah dilakukan apabila ada perbedaan ciri antara wilayah yang satu dan wilayah yang lain. Contohnya, kita akan meneliti keberhasilan program wajib belajar di seluruh Indonesia. Oleh karena keadaan setiap populasi itu berbeda, kita harus membuat sampel dari seluruh populasi sehingga hasilnya mencerminkan keberhasilan program tersebut.
Sampel proporsi/imbangan (proportional sample)
Teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel imbangan dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Agar pengambilan sampel representatif, maka jumlah sampel atau wakil untuk setiap wilayah dibuat seimbang sesuai dengan jumlah populasinya. Contohnya, di Provinsi A, jumlah penduduk yang mengikuti program Jampersal (Jaminan Persalinan) ada 500 orang. Kita mengambil sampel 3% dari 500 orang, yaitu 15 orang. Di Provinsi B, jumlah penduduk yang mengikuti program Jampersal hanya 300 orang. Sampel yang diambil adalah 3% dari 300, yaitu 9 orang. Dengan cara seperti itu, akan terlihat keseimbangan dalam menentukan peserta Jampersal yang dijadikan sampel penelitian.
Teknik Pengambilan Sampel Tidak Acak
Pada pengambilan sampel tidak acak, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Peneliti mempunyai alasan untuk memilih kategori tertentu dalam pengambilan sampel. Contohnya, orang-orang lanjut usia (lansia).
Teknik pengambilan sampel tidak acak antara lain terdiri dari sampel bertujuan (purposive sample), sampel kuota (quota sample), dan sampel yang diambil beruntun (snow-ball sampling).
Sampel bertujuan (purposive sample)
Sampel ini dilakukan dengan cara pengambilan subjek bukan didasarkan pada strata, random, atau wilayah, tetapi pada tujuan tertentu. Penggunaan metode ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Contohnya, karena keterbatasan waktu, tenaga, ataupun dana, kita tidak bisa mengambil sampel yang besar. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.
- Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri, sifat, atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
- Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
- Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
Contoh: kita akan meneliti perbedaan motivasi belajar antara siswa dari etnis Jawa dan Tionghoa di suatu sekolah. Mengingat subjek. telah ditentukan sejak awal, maka kita hanya akan memilih siswa dar! kedua kelompok etnis tersebut sebagai subjek penelitian. Siswa dan kelompok etnis lain tidak dijadikan subjek penelitian meskipun berada dalam sekolah yang sama.
Sampel kuota (quota sample)
Dalam pengumpulan data, peneliti menentukan sampel Bari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan terpenuhi. Teknik sampling ini tidak berdasarkan strata atau daerah, tetapi jumlah yang sudah ditentukan. Contohnya, kita akan meneliti pendapat masyarakat terhadap pelayanan dalam pengurusan Izin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan seratus orang, Jika pengumpulan data belum didasarkan pada seratus orang, maka penelitian belum dianggap selesai karena belum memenuhi kuota.
Sampel yang diambil beruntun (snow-ball sampling)
Dalam pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan membangun jaringan responden. Awalnya seorang responden diwawancarai. Kemudian, responden tersebut akan menunjukkan responden lain. Responden lain tersebut akan menunjukkan responden berikutnya. Hal ini dilakukan secara terus-menerus. Tujuannya adalah agar jumlah anggota sampel yang diinginkan oleh peneliti terpenuhi.